Kisah Adi, Tukang Cukur Keliling di Terminal Poris Plawad

Di tengah hiruk pikuk aktivitas Terminal Poris Plawad Kota Tangerang, Adi mencoba mengadu peruntungan. Pria berusia sekitar 44 tahun tersebut membuka jasa cukur rambut keliling. Sepeda motor tua berwarna orange menjadi penopang gerobak cukurnya. Pada bagian jok belakang sepeda motor, sebuah gerobak bertengger untuk menyimpan perkakas cukur serta. Tak lupa ditempelkan sebuah cermin besar pada bagian dalam penutup yang dapat digunakan ketika kotak perkakas dibuka.

Di bawah pohon rindang, dekat musala bercat hijau, Adi terlihat sedang sibuk menata rambut pelanggannya.  Adi biasa memulai rutinitasnya sejak pagi hari, sekira pukul 9 pagi dan kembali pulang ke kediamannya di kawasan Gondrong, Cipondoh, setelah adzan maghrib. Setiap hari, setidaknya ada 15 pelanggan yang datang untuk mendapatkan jasa potongan rambut dari tangan Adi yang cekatan.

Adi mengaku usaha cukur rambut keliling ini berawal saat pandemi Covid-19.  “Awalnya karena kepepet karena konsisi yang ekonomi yang sulit. Saya tadinya pengemudi taksi,” cerita Adi, Rabu (2/10/2024). Adi juga mengaku pernah menjadi pegawai salon pada tahun 2001.

Di masa sulit itu, Adi melihat peluang dari perkembangan teknologi alat pemangkas rambut yang sudah portabel. Jadi tidak lagi memerlukan colokan listrik dan dapat dibawa ke mana saja. “Saya lihat, mesin cukur sekarang kok gak make chargeran, berarti kalau gak make chargeran otomatis kan bisa buat keliling,” ucap Adi.

Inspirasi Adi muncul dari tukang kopi keliling.  “Saya lihat tukang kopi, kok bisa ya keliling? Akhirnya saya buat bikin aja cermin gitu,” ujar Adi. Dengan kreativitasnya, lahirlah usaha cukur rambut keliling Adi. Kini yang menjadi pelanggannya adalah para sopir, kernet, dan warga di sekitar Terminal Poris Plawad.

Asep, pelanggan setia Adi, mengaku cocok dengan layanan cukur keliling ini.  “Orangnya ramah lagi, jadi ngobrolnya enak. Terus kadang kan bisa ikut apa mau kita,” kata Asep. Kemampuan Adi untuk menyesuaikan gaya potongan sesuai keinginan pelanggan menjadi salah satu alasan Asep terus datang dan jadi langganan.

Hal serupa diungkapkan oleh Mahmudin, pelanggan lainnya. Menurutnya, kualitas potongan rambut Adi tidak kalah dengan barbershop modern. “Kalau kualitas gak kalah sama barbershop,” katanya dengan nada puas.  Menurut Mahmudin, Adi memberikan tambahan pijatan ringan setelah mencukur. Sehingga membuat para pelanggannya merasa lebih nyaman.

Satu hal yang membuat Adi tetap bertahan tarif cukur yang relatif terjangkau. Dengan tarif Rp20.000, pelanggannya bisa mendapatkan potongan rambut yang rapi dan profesional. Bagi mereka yang ingin tambahan layanan semir rambut, tarifnya hanya Rp35.000.  “Murah dia mah,” tambah Mahmudin, sambil tersenyum puas.

Adi menawarkan jasanya hampir tiap hari dalam sepekan. Pelanggannya datang dari berbagai kalangan, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Di tengah menjamurnya barbershop modern dengan fasilitas mewah, usaha cukur rambut keliling seperti yang dilakukan Adi tetap eksis. Adi bisa melayani hingga 20 pelanggan dalam sehari. Omsetnya sekitar Rp300.000 per hari, cukup untuk menopang hidup dan pendidikan kedua anaknya yang kini duduk di bangku SMP.

Usaha Adi bukan hanya tentang mencari nafkah, tetapi juga tentang memberikan layanan yang memuaskan dan menjalin obrolan yang baik dengan pelanggan. Setiap potongan rambut yang dia buat bukan hanya sekadar gaya, tetapi juga hasil dari percakapan dan keakraban dengan para pelanggannya. Di sinilah letak keistimewaan seorang tukang cukur keliling, yang hadir bukan hanya sebagai penyedia jasa, tetapi juga teman bagi mereka yang singgah sejenak di kursi lipatnya. Adi jadi potret nyata bagaimana kreativitas dan semangat untuk bertahan bisa menciptakan peluang. (Ara)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *