TANGERANG, beritahariini.id – Pendidikan tinggi yang cenderung konvesional dan bertumpu pada transfer of knowledge dianggap kurang mampu melahirkan lulusan yang terampil beradaptasi, berintegrasi, berkreasi dan berkontribusi positif sejalan dengan tuntutan zamannya. Untuk itulah diperlukan transformasi pendidikan tinggi yang dapat melahirkan lulusan sebagai pebelajar sepanjang hayat atau livelong learner yang inovatif, kreatif dan produktif sehingga berkontribusi positif di masyarakat secara berkesinambungan. “Unis mendorong terbangunnya budaya mutu yang ditandai dengan ketercapaian standar atau melebihi standar yang ditetapkan diperlukan suatu upaya manajemen mutu dalam bentuk jaminan quality assurance maupun quality control. Sehingga semua aspek yang terkait dengan layanan pendidikan yang diberikan mampu mencapai standar mutu tertentu sehingga output yang dihasilkan sesuai visi dan misi perguruan tinggi,” ungkap Prof. Dr. Mustofa Kamil, Dip.RSL., M.Pd, Rektor Universitas Islam Syekh-Yusuf (Unis) Tangerang, saat Sidang Senat Terbuka Milad ke-58 Unis, di Auditorium Gedung Muhammad Astary Unis, Rabu (24/4/2024). Kegiatan ini dihadiri Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Banten Dr.PO Abas Sunarya.,M.Si dan Asda III Pemkot Tangerang Wahyudi Iskandar.
Kamil juga menjelaskan mengenai tiga Megatrend yang paling mendasar dalam membangun marketing tahun 2030. Pertama mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) untuk menjaga peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan sekaligus memperhatikan ekosistem alam. SDGS menuntut dukungan dari semua pihak, termasuk kontribusi Perguruan Tinggi dibutuhkan untuk mencapai target-target ambisius yang ada. “Peran Perguruan Tinggi dalam menjangkau SDGs dapat diwujudkan melalui Riset indikator SDGs, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan Pengabdian kepada Masyarakat,” jelasnya.
Kamil mengungkapkan, trend yang kedua adalah Generasi Z diprediksi pada tahun 2030 akan menguasai dan mendominasi pangsa pasar tenaga kerja secara global atau disebut dengan istilah silent generation pada tahun 2030. Menurutnya, salah satu karakter Gen Z adalah kepedulian mereka pada isu lingkungan. Mereka tidak sembarang mengonsumsi barang atau produk tanpa pertimbangan dampaknya terhadap kehidupan sosial. “Gen Z sebagai Net Generation seringkali menghabiskan kurang lebih 6 jam ataupun lebih di depan layar gadget genggaman mereka, sehingga mereka sangat mengendalikan internet untuk belajar, hiburan dan berbelanja. Gen Z sebagai generasi yang mendukung Glokalisasi dan merupakan Generasi aktif kreatif,” ungkapnya.
Kamil menuturkan trend ketiga adalah mengenai Metaverse sebagai cara baru dalam penggunaan internet, dengan menggabungkan alat virtual seperti hologram atau augmented reality. “Potensi revolusioner dari metaverse terletak pada perluasan penggunaan VR ke semua sektor masyarakat,” tambahnya.
Menurut Kamil, dalam mempersiapakan sumber daya manusia masa depan, Unis memerlukan gagasan-gagasan baru baik dalam menata kurikulum, mengembangkan cyber campus sebagai jawaban terhadap perlunya layanan pembelajaran distance education (distance learning). Unis perlu menambah Program Studi dengan komptensi kekinian, meningkatkan kemampuan dan kompetensi dosen mengembangkan layanan-layanan kampus berbasis digital serta berbagai perangkat pendukung lainnya baik pendukung riset maupun pengabdian masyarakat. “Kurikulum Unis pada Gen Z harus mampu menekankan pada pembelajaran yang bersifat interdisiplin, interkultural, dan ekologis dengan berlabuh pada dua prinsip dasar yaitu pemenuhan hak atas pendidikan dan komitmen terhadap pendidikan sebagai upaya masyarakat umum dan kebaikan bersama berdasar pada nilai-nilai ahlakul karimah,” katanya.
Kamil melanjutkan, perubahan Unis perlu didukung juga dengan perubahan fungsi UNIS sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menjunjung nilai-nilai Islami yang meliputi fungsi religius, fungsi teknis-ekonomis, fungsi social-manusia, fungsi politik, fungsi budaya, dan fungsi pendidikan. “Jika Unis tidak mengikuti perubahan tersebut, maka saya yakin Unis akan tertinggal. Saya berharap agar kedepannya kita mampu menyiapkan kurikulum sesuai dengan peraturan dari kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi. kurikulum kampus merdeka dan merdeka belajar merupakan kurikulum yang dapat menjawab tantangan tersebut,” ucapnya.
Kamil menuturkan bahwa kampus telah mengantisipasi berbagai tantangan dalam menghadapi perubahan yang terjadi saat ini. “Yang telah kami lakukan saat ini salah satunya adalah riset unggulan, menyiapkan kurikulum Kampus Merdeka yang hampir setiap tahun diikuti oleh mahasiswa, mencoba meningkatkan tingkat pendidikan dan kompetensi keahlian dosen, dan mencoba mendesign infrastruktur baru berbasis cyber learning,” tutupnya. (Rani)