Diguyur Hujan, Umat Hindu Peringati Hari Raya Galungan 2023 di Pura Kerta Jaya Tangerang

Pelaksanaan Hari Raya Galungan di Pura Kerta Jaya, Kota Tangerang, Rabu (4/1/23).

TANGERANG, beritahariini.id – Umat hindu peringati Hari Raya Galungan di Pura Kerta Jaya Jalan K.S Tubun 108 Tangerang berjalan lancar meskipun diguyur hujan, Rabu (4/1/23)  atau dalam kalender Bali yaitu Buda Kliwon Dungulan. Sejak pukul 17.00 WIB peserta sudah mulai berdatangan meskipun acara dimulai pada pukul 19.00. WIB dengan memakai baju serba putih dan membawa sesaji. Jika ingin masuk ke dalam, diharap untuk tidak memakai alas kaki dan wudhu terlebih dahulu, untuk yang bukan penganut Hindu diwajibkan memakai selendang kuning di pinggang.

“Saat ini sudah mempersiapkan sesaji banten atau bantenan yang diletakan di asakan, asakan adalah altar dalam utama mandala yaitu ada tempat pemujaan umat Hindu di dalam melaksanakan persembahyangan kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ungkap Surono, sebagai Pembinaan Rohani (Binroh) Kota Tangerang.

Surono menjelaskan, untuk mempersiapkan sesaji dibutuhkan waktu selama 2 hari, dan pada hari ini dipastikan sesaji yang telah dibuat sudah naik di tempat istana atau pelinggih di taman mandala. Prosesinya yang pertama ada pinandita atau pemangku-pemangku, yang ciri khasnya adalah memakai baju dan udeng putih, sampai nanti memberikan sesaji-sesaji yang dibuat oleh umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan.

Untuk mempersembahkan sesaji tersebut kurang lebih selama 1 jam kemudian dilanjut persembahyangan kramaning sembah. Ada 3 atau 4 gelombang diperkiraan selesai pada jam 10.

Di bawah rintikan air hujan, suara lonceng dan bau dupa mengiringi jalannya acara tersebut. Bagi umat Hindu, Galungan adalah hari kemenangan kebenaran (Dharma) melawan ketidakbenaran atau murka (Adharma). “Maknanya adalah suatu hari yang diberikan kepada umat Hindu untuk melakukan introspeksi diri ke dalam diri, bagaimana manusia ikut menstabilkan alam semesta yang diwariskan oleh Tuhan, yang ada di dalam diri baik sebagai individu maupun kelompok,” tutur Dewa Wijana, Ketua Walake Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Tangerang.

Dewa menjelaskan, Galungan diambil dari kata galung/walung yang artinya tulang, menyembelih hewan yang memiliki tulang adalah sebagai simbol mereka baik kerbau, kambing, ayam, sapi maupun babi.

Galungan ini dilakukan pada 210 hari sekali selama 10 hari, hari pertama dan seterusnya merayakan Hari Raya Galungan dan pada hari terakhir akan dirayakan Hari Kuningan. Putih simbol Timur dan kuning simbol Barat, makna warna tersebut berarti kuning melambangkan mulia dan putih sebagai simbol suci.

Partisipan dalam acara ini sekitar 200 orang yang seharusnya ada 500 KK meliputi Ciledug, BSD, Tigaraksa dan Serang. Dewa berharap, meskipun minoritas dan berskala nasional sangat kecil, semoga dapat menjaga suku dan temperatur politik agar tidak terlalu panas, apalagi unsur sara yang selama ini terjadi.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *