TANGERANG, beritahariini.id – Komunikolog Politik Dan Hukum Nasional Tamil Selvan turut menyoroti tragedi Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya, Sabtu (1/10), yang menelan hingga 174 korban meninggal. Menurut Dosen Ilmu Komunikasi Tamil Selvan, tragedi tersebut terjadi karena kegagalan manajemen pengelolahan sarana dan prasarana penunjang pesepak-bolaan Indonesia, hingga tidak profesionalnya para stakeholder yang terkait dalam penanganan dampaknresiko yang terjadi.
“Yang mau kita lihat sekarang pertanggung jawaban Risk Management PSSI ini seperti apa? Ini menjadi tanggung jawab PSSI yang harus mendesign sarana dan prasarana sepak bola Indonesia mengikuti kajian risk management. Kalau sampai tragedi berdarah sebesar ini terjadi, artinya seluruh jajaran di PSSI itu memang tidak siap dan tidak paham akan fungsi dan tanggung jawabnya,” ungkap Pengamat yang akrab disapa Kang Tamil ini, Minggu (2/10).
Kang Tamil menambahkan, bahwa pengunaan gas air mata jelas-jelas dilarang oleh Federation International de Football Association (FIFA), namun pihak kepolisian yang berjaga masih membawa gas air mata sebagai alat pencegahan kericuhan, artinya ada informasi yang tidak tersambung dengan jelas disini.
“Gas air mata itu dilarang FIFA tapi pertanyaannya kenapa aparat yang berjaga masih membawa itu. Jika digunakan untuk membubarkan demonstran di jalan itu tepat, karena ruang terbuka, tapi di tempat seperti stadion maka itu malapetaka,” rincinya.
Lebih lanjut, Kang Tamil mendesak agar Ketua Umum PSSI dan Pimpinan aparat yang berwenang harus mempertanggung jawabkan tragedi ini. “Kita bicara ratusan nyawa yang melayang karena kegagalan penanganan Risk Managemet. Saya harap PSSI bisa gentle mempertanggung jawabkan hal ini, dan bagaimana komitmen kedepan agar hal-hal seperti ini bisa dicegah. Ini yang penting,” tandasnya.
Sebelumnya diketahui terjadi kericuhan usai laga Arema vs Persebaya, yang menimbulkan total 174 korban meninggal.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak mengatakan total ada 11 orang luka berat. Sementara sudah ada 298 orang lainnya luka ringan. Pihaknya juga mengatakan ada 8 rumah sakit rujukan untuk para korban: RSUD Kanjuruhan, RS Wava Husada, Klinik Teja Husada, RSUD Saiful Anwar, RSI Gondanglegi, RSU Wajak Husada, RSB Hasta husada, dan RSUD Mitra Delima.